Perusahaan analisis penerbangan OAG baru saja merilis informasi mengenai pemesanan tiket pesawat dari Kanada ke AS sekitar 71% hingga 75% mengalami penurunan
Ancaman yang terus-menerus dari Presiden AS Donald Trump untuk menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 AS membawa dampak yang tidak diinginkan. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pemesanan tiket pesawat antara Kanada dan AS telah menyusut hingga 75% selama beberapa bulan mendatang.
Perusahaan analisis penerbangan OAG baru saja merilis informasi mengenai pemesanan tiket pesawat dari Kanada ke AS. Berdasarkan data tersebut, jumlah tiket yang dipesan untuk enam bulan ke depan mengalami penurunan sekitar 71% hingga 75% jika dibandingkan dengan tahun lalu pada waktu yang sama.
Data dari OAG mengindikasikan penurunan yang mengkhawatirkan dalam jumlah pemesanan tiket pesawat di muka dari Kanada menuju AS. Contohnya, pada bulan Maret 2024, sebanyak 1,2 juta tiket pesawat dipesan untuk perjalanan di bulan April 2024 antara Kanada dan AS. Jika dibandingkan dengan Maret 2025, hanya 295.982 tiket pesawat yang dipesan untuk April 2025, mencatat penurunan sebesar 75,7%.
Untuk bulan Mei, tiket pesawat dipesan pada Maret 2024 tercatat 817.912 sementara pada Maret 2025, hanya 226.980 tiket pesawat atau terjadi penurunan 72,2%. Demikian pula, Juni mencatat penurunan pemesanan tiket pesawat sebesar 71,6% dari tahun ke tahun. Juli mencatat penurunan 71,4%, Agustus menurun 71,9%, dan September turun 71,8%.
Bagaimana Respon Maskapai Penerbangan?
Pasar perjalanan udara Kanada-AS sebenarnya cukup besar karena ukurannya. Sebagai perbandingan, lebih dari 1,2 juta tiket pesawat dipesan dari Kanada ke AS untuk bulan April 2024. Penurunan 70% di pasar ini sangat besar, dan maskapai penerbangan pasti akan mengubah strategi mereka sesuai dinamika pasar.
Akan tetapi, sejauh ini, maskapai penerbangan lambat dalam menanggapi dinamika pasar yang berubah ini. Menurut data OAG, maskapai penerbangan telah memangkas jadwal antara kedua negara mulai April hingga September sebesar 1,6% hingga 3,5%.
Jika tren saat ini terus berlanjut, maskapai penerbangan harus membuat perubahan yang jauh lebih signifikan pada jadwal mereka. Air Canada akan paling terdampak oleh perubahan ini, mengingat maskapai ini memiliki jaringan lintas batas terbesar antara kedua negara.
Angka-angka dari OAG ini pada dasarnya mengonfirmasi apa yang ditunjukkan penelitian Leger pada bulan Februari. Penelitian tersebut menemukan bahwa hampir setengah dari warga Kanada cenderung tidak bepergian ke AS pada 2025.
"Dengan ketegangan politik yang sedang berlangsung dan perubahan hubungan Kanada-AS, hampir setengah dari wisatawan Kanada (48%) mengatakan bahwa mereka cenderung tidak mengunjungi AS pada 2025 dibandingkan tahun lalu. Sebaliknya, hanya satu dari sepuluh (10%) yang mengatakan bahwa mereka cenderung bepergian ke selatan, sementara 43% melaporkan tidak ada perubahan dalam niat perjalanan mereka ke AS," kata laporan Leger.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa mayoritas warga Kanada yang menghindari perjalanan ke AS karena ketegangan antara kedua negara cenderung melakukan perjalanan di dalam Kanada saja.
“Bagi mereka yang menghindari perjalanan ke AS, perjalanan domestik adalah alternatif utama. Enam dari sepuluh (61%) dari mereka yang cenderung tidak mengunjungi AS berencana untuk menjelajahi Kanada sebagai gantinya, sebanyak 30% akan bepergian di provinsi asal mereka, sementara 31% akan mengunjungi provinsi lain di Kanada. Sementara itu, sepertiga (33%) berencana bepergian ke luar Amerika Utara, dan 6% berencana untuk tidak bepergian sama sekali,” kata laporan tersebut.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Perjalanan Udara
Walaupun ancaman Trump dan sengketa perdagangan yang lebih luas antara Kanada dan AS tentu saja berkontribusi terhadap menurunnya permintaan perjalanan udara antara kedua negara, ada faktor lain yang juga berperan.
Serangkaian kecelakaan udara tahun ini dan tahun lalu juga turut menyebabkan menurunnya permintaan perjalanan udara. Dua kecelakaan besar di AS dan Kanada mungkin juga berdampak pada pasar perjalanan udara antara kedua negara ini.
Awal bulan ini, CNN mengutip Ed Bastian, CEO Delta Air Lines, yang mengatakan bahwa kemerosotan perjalanan maskapai penerbangan tahun ini berpotensi disebabkan setidaknya dua kecelakaan baru-baru ini. Satu melibatkan pesawat Delta Air Lines dan lainnya melibatkan pesawat American Airlines.
Robert Isom, CEO American Airlines, juga menyuarakan sentimen yang mirip dengan Bastion. Isom menyatakan bahwa kecelakaan itu berdampak signifikan terhadap proyeksi pendapatan perusahaan yang lebih rendah dari perkiraan untuk kuartal tersebut.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.