Riyan juga mendorong para akademisi dan media untuk menghadirkan diskusi yang bermanfaat dan memberikan pencerahan pada masyarakat, alih-alih menciptakan narasi yang merendahkan akal sehat publik.
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Riyan Betra Delza menyoroti berlarut-larutnya kontroversi mengenai tuduhan pemalsuan ijazah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ketujuh. Isu ijazah ini lebih terlihat sebagai sebuah strategi politik daripada masalah yang benar-benar berkaitan dengan kesejahteraan rakyat.
"UGM telah melakukan verifikasi, dan pihak kepolisian juga menyatakan bahwa ijazah itu asli. Jadi, sepertinya masalah ini seharusnya tidak perlu diperdebatkan lebih lanjut," ungkap Riyan dalam rilis tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (31/5/2025).
Ia mengharapkan agar masyarakat dan para politisi lebih fokus pada diskusi yang berkaitan dengan isu-isu fundamental bangsa yang lebih mendesak. Seperti adanya ketidakadilan sosial, krisis ekonomi, serta masalah lingkungan dan pembangunan daerah yang masih tertinggal.
“Ini adalah isu-isu konkret yang memerlukan perhatian yang serius, dan bukan malah terjebak dalam urusan yang tidak memberikan dampak langsung bagi rakyat. Oleh karena itu, perdebatan seperti ini tidaklah penting dan dapat mengalihkan perhatian kita dari masalah-masalah yang lebih krusial,” tambahnya.
Riyan juga mendorong para akademisi dan media untuk menghadirkan diskusi yang bermanfaat dan memberikan pencerahan pada masyarakat, alih-alih menciptakan narasi yang merendahkan akal sehat publik.
"Bukan malah memperkeruh suasana dengan narasi yang merendahkan nalar masyarakat. Termasuk media massa ayo bangun ekosistem informasi publik yang lebih mendidik,” ujarnya.
Diketahui, muncul rencana pelaporan terhadap Jokowi ke Bareskrim Polri dan Pengadilan Perdata terkait dugaan skripsi palsu. Pihak pelapor menduga bahwa Jokowi tidak pernah menulis skripsi sebagai syarat kelulusan sarjana strata satu (S1).
Dugaan ini didasarkan pada data form her-registrasi yang menunjukkan bahwa Jokowi terdaftar sebagai Sarjana Muda, dengan total jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) hanya 122 SKS—yang terdiri dari SKS wajib dan pilihan.
"Peperangan baru! Jokowi akan dilaporkan atas skripsi palsu ke Bareskrim dan Pengadilan Perdata! Mengingat form Her-Registrasi, Jokowi terdaftar Sarjana Muda dan total SKS (wajib dan pilihan) hanya 122 SKS!. Sarjana Muda tidak menulis skripsi," kata Pakar Digital Forensik Rismon Sianipar dalam unggahan sosial media X/Twitter, dikutip Sabtu (31/5/2025).
Menurutnya, gelar Sarjana Muda tidak mengharuskan mahasiswa menulis skripsi, yang biasanya menjadi syarat kelulusan program sarjana penuh (S1). Oleh karena itu, mereka mempertanyakan keabsahan skripsi Jokowi dan berniat membawa persoalan ini ke ranah hukum, baik pidana maupun perdata.
Sebelumnya, Rismon Sianipar juga mempertanyakan asal-usul gelar Insinyur (Ir) Jokowi. Pasalnya, gelar tersebut tersemat di nama depan Jokowi meskipun Jokowi diketahui pihaknya mengambil program sarjana muda di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Hal ini diungkapkan Rismon dalam unggahan sosial media X/Twitter, dikutip Jumat (30/5/2025).
Dalam unggahan tersebut, Rismon turut menyematkan foto yang menunjukkan formulir pendaftaran ulang semester II tahun akademik 1981/982 yang dimiliki Jokowi. Formulir tersebut juga menunjukkan Jokowi melingkari sarjana muda di antaranya pilihan program lainnya. Lantas, Rismon pun mempertanyakan bagaimana gelar insinyur bisa diterima Jokowi melalui program sarjana muda.
Asal tahu saja, Bareskrim Polri memastikan keaslian ijazah Jokowi setelah melakukan serangkaian penyelidikan dan uji forensik. Kepastian ini disampaikan setelah tim penyidik memeriksa secara menyeluruh ijazah milik Jokowi dari tingkat Sekolah Dasar hingga perkuliahan di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Djuhandhani Rahardjo Puro menjelaskan bahwa tim penyidik telah melakukan uji pembanding terhadap ijazah milik Jokowi dengan ijazah milik tiga rekan seangkatannya di Fakultas Kehutanan UGM. Hasilnya, semua elemen pada ijazah menunjukkan kesamaan yang identik.
"Kita melaksanakan uji banding, yang diuji adalah semua ijazah asli. Pembandingnya itu ijazah asli dengan teman seangkatan beliau (Jokowi). Dari pembanding ini bahwa hasilnya identik. Bahkan, map yang digunakan masih sama, map Jokowi dan rekannya masih sama. Sudah kumal, kusam," ujar Djuhandhani di Bareskrim Polri, Kamis (22/5/2025). Tapi hasil ini tak diterima oleh para pelapor.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.