Amerika Serikat dilaporkan menghadapi defisit yang serius, yang menyebabkan kenaikan harga telur di wilayahnya.
Kementerian Pertanian (Kementan) telah bersiap untuk mendukung pengiriman 1,6 juta butir telur ayam untuk konsumsi ke Amerika Serikat (AS) setelah terjadi surplus nasional dalam produksi komoditas ini sebesar 288,7 ribu ton, setara dengan 5 miliar butir setiap bulannya.
Agung Suganda, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, menjelaskan bahwa dengan kelebihan produksi ini, Indonesia memiliki kemampuan besar untuk mendistribusikan telur ayam ke negara-negara yang mengalami masalah produksi akibat wabah HPAI, termasuk AS.
Negara Paman Sam tersebut dilaporkan menghadapi defisit yang serius, yang menyebabkan kenaikan harga telur di wilayahnya.
"Kami terus berupaya meningkatkan ekspor dengan memastikan pemenuhan standar kualitas, keselamatan pangan, serta syarat dari negara tujuan," katanya saat dikonfirmasi di Jakarta pada Sabtu (29/3/2025).
Agung menekankan bahwa pihaknya akan terus memfasilitasi ekspor produk peternakan, termasuk telur ayam konsumsi, untuk memenuhi permintaan dari negara-negara yang sedang krisis dalam produksi.
"Sebagai langkah awal, pengiriman ke AS yang mencapai 1,6 juta butir per bulan diyakini bisa terwujud. Saat ini, kami sedang dalam proses menjajaki dan memenuhi protokol ekspor yang diperlukan," ujarnya.
Agung juga menyampaikan bahwa Indonesia telah lebih dahulu mengekspor telur konsumsi ke Singapura dan Uni Emirat Arab (UEA).
Lebih lanjut, Agung menekankan telur yang diekspor harus memenuhi ketentuan ketat dari otoritas keamanan pangan AS, misalnya harus berkualitas tinggi, bebas Salmonella, serta tidak mengandung residu antibiotik agar sesuai dengan standar keamanan pangan yang ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat.
Agung juga memastikan ekspor ini tidak akan mengganggu kebutuhan dalam negeri. Pemerintah tetap memprioritaskan kebutuhan domestik.
"Ekspor dilakukan tanpa mengganggu pasokan dan stabilitas harga di pasar dalam negeri,” terang Agung.
Kementan telah menghitung potensi produksi telur nasional 2025 yang mencapai 6,5 juta ton, sementara kebutuhannya 6,2 juta ton. Dengan begitu, ada potensi surplus 288,7 ribu ton.
Menurut Agung, potensi ini masih bisa ditingkatkan. Sebagai bentuk dukungan, Kementan akan terus memfasilitasi pelaku usaha dalam memenuhi standar ekspor, mulai dari kualitas, keamanan, hingga ketelusuran produk.
"Kami siap bekerja sama dengan berbagai pihak agar ekspor telur ini berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi peternak, pelaku usaha, serta perekonomian nasional," kata Agung.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) Ahmad Dawami mendukung penuh rencana ekspor ke AS sebanyak 1,6 juta butir per bulan.
Bahkan, kapasitas produksi nasional memungkinkan untuk memenuhi hingga 160 juta butir telur per bulan tanpa mengganggu kebutuhan dalam negeri.
Sama seperti Agung, Dawami menuturkan untuk melakukan ekspor telur ke negara yang dilanda 'eggflation' seperti AS tidak mudah. Sebab diperlukan sejumlah syarat agar telur ayam dalam negeri bisa lolos ke mancanegara.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.